LOMBOKDAILY.NET – Dalam pidatonya itu, Lalu Muhammad Iqbal mengungkap isu, mulai dari polemik yang awalnya membuncah di NTB, terutama terkait dirinya dan HL.Pathul Bahri selaku Ketua Gerindra NTB yang juga ingin maju mejadi calon gubernur melalui Gerindra yang kini meyerahkan rekomendasi untuknya.
Dalam pidato di hadapan ratusan keluarga besarnya itu, Lalu Muhammad Iqbal mennyatakan keharuanya atas kehadiran begitu banyak tokoh dan tuan guru, terlebih lagi atas kehadiran HL.Pathul Bahri yang pada hari minggu itu, hadir selaku Bupati dan juga bagian dari keluarga besar dirinya.
Pada kesempatan tersebut, Lalu Muhammad Iqbal mengungkapkan kalau Bupati Lombok Tengah, HL.Pathul Bahri yang juga Ketua Gerindra NTB adalah “ruan” atau keponaan yang telah memberikanya tambahan semangat pada acara silaturrahmi keluarga besar tersebut.
“Loek lalok dengan ndek naon ntank besemeton kance beliau (Banyak orang tidak tahu bahwa saya bersaudara dengan beliau -sasak red). Jadi pada saat muncul, dua isu, bahwa saya mau maju jadi gubernur, beliau juga mau maju jadi gubernur, selapuk dengan ngadokan, munparak ndek besemeton ( semua orang adudomba, dikira saya tidak bersaudara-sasak red), hanya satu yang saya bilang ke mereka, di darahnya beliau itu ada darah saya, di darahnya saya juga ada darahnya beliau, kami lebih tau bagimana menyelesaikan semua ini. Itu yang saya katakan ke mereka,” papar Lalu Muhammad Iqbal.
Dan semuanya lanjut LMI, akronim Mantan Dubes Turki ini, berjalan dengan baik dan mulus, sehingga tidak ada kepala daerah yang lebih besar memberikan hormat di NTB ini kepadanya selain HL.Pathul Bahri. Dan dirinya, juga selalu memberikan taqzim-nya kepada HL.Pathul Bahri.
HL.Pathul Bahri lanjut LMI, orang yang pada 5 tahun terakhir ini mengurus kampung halamanya yakni Kabupaten Lombok Tengah, yang artinya HL.Pathul Bahri telah sekaligus melayani sanak keluarganya. Sehingga tidak mungkin tidak akan menunjukkam rasa taqzim kepada HL.Pathul Bahri.
“Dan kita, telah berjanji dalam pertemuan berdua, kita akan bekerja bersama, karena niatnya sama,” ucap LMI.
LMI lebih jauh menyampaikan, kalau dirinya merasa pada kesempatan tersebut merupakan pertama kalinya bertemu dengan keluarga besar. Karena hampir semua “rempung” dan semua zuriat terwakili saat itu. Kalau andaikan pertemuan itu adalah sebuah sinetron, maka pertemuan itu judulnya menurut LMI adalah “Kembalinya Si Anak Yang Hilang”.
Maka pada kesempatan tersebut, merupakan kesempatan bagi si anak yang hilang untuk bercerita kepada seluruh keluarganya, atas perjalanan panjang sejak beliau berumur 14 tahun. Yang kebetulan saat itu hadir, sahabat-sahabat dan keluarganya yang saat masih di SMP menyaksikan dirinya ketika meninggalkan Pulau Lombok saat masih berusia 14 tahun, kemudian masuk pesantren hingga kuliah di Jogja.
Suatu hari lanjut LMI, ayahandaya naik haji ketika itu pada tahun 1993 dan sang ayahanda memintanya pulang kampung untuk menemani Papuk Beleq (Nenek-nya-sasak red) di Lendang Ape Praya yang saat itu sedang sakit. Dan dirinya ssaat itu ungkap LMI, mendampingi sang kakek hingga akhir hayat.
” Dan disitulah di Kampung Lendang Ape yang tinggi itu, saya melihat ribuan orang, penuh jalan dari Lendang Ape ke Muhajiri oleh manusia untuk mengantarkan Almarhummah ke peristirahatan terakhirnya,” kenang LMI.
Moment itu lanjut LMI, merupakan momen yang paling penting dalam sejarah hidupnya. Pada momen itu, ia memanggil adik-adiknya dan lalu bertanya. Dan pertanyaan itulah yang membuat dirinya saat ini berdiri di acara silaturrahmi tersebut.
Adapun pertanyaan kepada adik-adiknya saat itu tutur LMI adalah; Dik, kire-kire lemak lamun ite mate, pire dengan eak atong juk kubur? ( Dek, kira-kira kalau kita meninggal, berapa orang yang akan antarkan kita ke kubur/makam? Sasak-red).
Saat itu kemudian kepada adik-adiknya ia mengatakan, mungkin tidak akan ada orang yang akan mengantar ke makam, karena tidak ada orang yang mengenal, karena tidak pernah memberikan mamafaat kepada orang lain. Tidak pernah memberikan kebaikan kepada orang lain, sehingga membuat orang lain berhutang budi dan lalu mencintai.
“Maka pada adik-adik saya saat itu saya berkata, bahwa saya akan pulang dipuncak karir saya,” ungkap LMI yang disambut pekikan Iqbal-Dinda menang oleh segenap hadirin.
Dan apa yang dimaksudkan LMI tersebut, tak lain untuk pulang kampung di NTB dengan niat kebaikan untuk membangun daerah menuju NTB sejahtera dan NTB mendunia. (adv)