LOMBOKDAILY.NET – Petani Tomat di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, merugi lantaran harga jual Tomat anjlok saat musim panen.
Salah seorang petani, Saifuddin Zohri menuturkan, harga tomat saat ini semakin anjlok. Penurunan harga tomat yang sangat drastis itu diakui menjadi musibah besar petani tomat.
“Harganya cuma Rp 1 sampai 3 ribu per kilogram di pasaran,” ungkapnya, Jumat 13 Oktober 2023 di Sembalun.
Harga tersebut dinilai sangat merugikan para petani, sebab tak sebanding dengan biaya perawatan yang dikeluarkannya.
Sebagai bentuk rasa kecewa atas kenyataan tersebut, para petani melakukan aksi pembiaran hingga tomat busuk di pohonya.
Keluhan yang sama, juga disampaikan petani lainya yakni Anah yang turut merasakan dampak kerugian atas turunya harga jual Tomat tersebut.
“Tidak ada harganya sama sekali, bahkan pengepul pun enggan mau ambil,” kata Anah memelas.
Dia mengaku terpaksa berkeliling menjual hasil panennya. Tak hanya itu, para petani juga membagikan hasil panen tomatnya kepada masyarakat agar tidak sia-sia.
“Kita bagikan gratis, meskipun harga tomat anjlok namun setidaknya masih bermanfaat bagi masyarakat luas,”imbuh Anah.
Atas pakta tersebut, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Univeritas Pendidikan Mandalika (UNDIKMAl) 57 kemudian menawarkan solusi kongkrit, simpel dan praktis.
Solusi tersebut berupa pelatihan peningkatan kapasitas bagi para petani untuk mengolah tomat-tomat tersebut menjadi produk lain yang membuatnya bernilai kompetitif dan ekonomis.
“Jadi Tomat-tomat itu kita ubah menjadi produk dengan nilai jual ekonomis yang kita sebut Sun Dried Tomato,”kata Koordinator Kelompok 57 Habibi dalam rilisnya Jumat 20 Oktober 2023.
Bahan lain Sun Dried Tomato itupun sangat mudah didapatkan, begitu juga cara pengolahan dan alat yang dipakai juga bisa dengan peralatan sederhana yang sudah biasa dimiliki petani.
“Adapun bahannya gula, bawang putih, garam halus, lalu dijempur di sinar matahari sampai 3/4 hari kemudian dicelupkan di wadah minyak salat, seterusnya masuk di kemasan,” beber Habibi.
Dijelaskan Habibi, Sun Dried Tomato ini juga bisa dipasarkan di semua kalangan lebih khususnya di hotel yang berada di Desa Sembalun.
“Ini bisa jadi pelengkap makanan, harga bisa melonjak tinggi satu kamplet harga Rp. 80-500 an karena kita lihat petani di Sembalun dominan petani sayur-sayur tomat dan cabai,” imbuhnya.
Habibi berharap, para petani nantinya bisa mengelola tomat yang dibiarkan di pohonya itu hingga menjadi produk dengan nilai jual yang ekonomis seperti Sun Dried Tomato tersebut.
“Sehingga berapapun anjloknya harga tomat, tidak akan mempengaruhi kehidupan para petani tomat tersebut,”pungkas Habibi.